Sabtu, 04 Juli 2015

The Real of Love (yang nyata dari Cinta)

Apa kah cinta sejati? menurut ku itu mudah hanya perlu rasa saling memiliki namun tak sesederhana itu tapi bagi ku. cinta sejati merupakan apa yang ku rasakan bukan lagi menuntut balas ia ikhlas tanpa syarat tanpa sebab bersyukur dan menerima semua yang ada semua kan berubah pada poros nya hati ku selalu cinta hati ku menjaga dirinya hati ku tak akan sama dia akan bertambah satu yang ku rasakan Tuhan tak pernah menyakiti makhluknya tak ada lagi rasa bimbang di hati bissmillah

Rabu, 24 September 2014

Batu Tua Aku mengangguk saat aku ingin menggeleng. Rasanya hati ingin berontak tapi takut meronta. Sebenarnya ingin berkata”bosan !, kau tahu ini sangat membosankian?. Tetapi yang ibu tahu aku adalah orang baik yang tak pernah membantah orang tua. Hanya katakan”ya bu “. Dengan tersenyum manis. Sunguh sebuah dilema dalam hidup ketika keinginan tidak sejalan dengan kenyataan. Ibu tersenyum bangga padaku. Namun kenyataannya aku tersenyum dengan kebohongan. agar ia senang. Sebenarnya seribu satu cacian aku lontarkan dalam hati. Aku berjalan bagai orang yang dengan senag hati berkerja. Sementara dalam hati terus menggerutu. Aku lekas ke kandang untuk menggiring satu persatu domba, tetapi para domba keluar kandang dengan santai dan terlihat tidak takut sama sekali. Sementara aku berteriak “uwo-uwo” tapi merka malah diam sambil menoleh kearah ku, se akan ingin memberi tahu”bukan begitu caranya mengembala!”. Aku kesal dengan pekerjaan ini. Sebelumnya aku pernah ditawari oleh pamanku untuk mengembala dengan bantuan anjing. Tetapi hasilnya malah aku yang digembalakan oleh anjing itu.”Uh aku takut sekali dengan itu ! sehingga aku kembalikan anjing itu pada paman. “Sudahlah” ku dorong saja domba ini satu persatu agar keluar dari kandang. Domba-domba ini akan kubawa ke padang rumput di bawah desa tempat ku tinggal. Jarak yang cukup jauh dari desa ke padang rumput. Berjalan menuruni bukit. Ku rasa domba ini jalan sendiri dan tidak mengangap kehadiran ku, kelihatannya bukan aku yang menggiring mereka tapi mereka yang menunjukan jalan padaku. Kegiatan ini aku kerjakan setiap hari. Padalah menjadi pengembala bukanlah cita-cita ku. Justru aku benci harus mengawasi dan mengiring domba naik turun bukit. Lebay rasanya tetapi inilah yang kurasakan setuap hari ketika mengembala. Kadang kurasakan pekerjaan ini meredam potensiku sebagai seorang laki-laki. “aku ini laki-laki !, aku suka tantangan, berburu memanah , berkuda, perang, dan dikelilingi wanita cantik”. Tapi kini kulihat diri ini jauh dari itu semua. Sebenarnya aku ingin keluar dari situasi ini. Namun apa yang kubisa ?, bahkan mengembalakan kambing yang sudah menjadi rutinitasku saja aku tidak kunjung mahir. Tapi ini lah yang bisa ku lakukan untuk setidaknya membuat kedua orang tua ku tersenyum. Walau pun hanya pengembala, tetapi ibuku merasa senang. “itu baik bagimu”. Katanya. Tapi menurut ku apa baiknya berkerja menjadi pengembala ?, ini justru membosankan dan membuat diri malas karena berjam-jam hanya mengawasi membuat kantuk dan pada akhirnya aku malah tidur, dan begitulah yang kulakukan setiap hari. Ayah ku adalah seorang pemburu yang terkenal akhli di desaku. Bahkan ke-ahlian nya di akui oleh kerajaan. Tetapi itu semua tidak lantas membuatku mempunyai nama baik pula di mata penduduk desa, justru aku malah terpuruk dengan ayahku yang ahli sedangkan aku cara memegang panah saja tidak tahu. Di padang rumput, aku tidak berbuat apa-apa hanya mengawasi dopmba dan itu benar-benar membosankan. Seperti biasa aku selalu duduk disuatu singgasana. Sebuah batu tua besar yang penuh dengan lumut. Batu ini memiliki cerita litas generasi karena batu ini adalah warisan turun temurun yang dipakai seluruh garis keturunan keluarga ayah ku. Tempat ini adalah tempat bersantai dibayaknya waktu luang saat menjaga hewan ternak. Keluarga ku awalnya terkenal dengan sebutan keluarga si pengembala sebelum ayahku mulai beranjak memburu, begitu kata ibu. Sedangkan ibu adalah seorang koki yang handal dan ibu selalu menjadi pilihan untuk setian pesta di desa. Tangan ibu ku bergerak melakukan hal yang ajaib “bimsalabim!” makanan nikmat nan lezat pun jadi”. Sambil duduk aku mulai bosan dan tidur terlentang sambil memandangi langit yang terlihat agak berawan. Aku pun bertanya padanya. “apakah kau bisa merubah nasib ku menjadi lebih baik setidaknya seperti ayah ku ?”. diam. Tentu saja. Dari dulu sampai sekarang dia hanya diam dan tidak mau berkata walau sedikit. Tapi apakah dia menggerutu sepertiku ?. entahlah. Lalu ku alihkan pandangan ku kea rah lain. Kulihat domba. Sepertinya dia tak sedikitpun menaruh perhatiannya padaku. Ku Tanya. “kau anggap aku ini siapa ?. dia tidak seperti awan yang hanya diam dan menggerutu. Dia menjawab “mbee !”. berarti aku dianggap mbee sebangsa dengan nya. Lalu kutanya lagi. “jika kau anggap aku sama denganmu lalu kenapa kau terlihat tak mempedulikan ku ?. kali ini dia diam dan pergi. Sepertinya dia mulai takut melihat ekspresi wajahku yang mulai mengkerut dan terlihat depresi. Kini aku mulai jengah dengan semua ini. Huuh sudahlah kini aku mulai merebahkan diri di batu tua ini. Aku berfikir, bila mereka bisa dibuat bicara pasti aku akan dapat jawabannya dari rasa tak berdaya ku ini. Aku terlelap tidur dan tak terasa waktu berlalu . ada yang membangunkan ku. Dia menyentuk ku kecin tapi sering dan serempak, basah, hujan !, dombaku ?. aku lekas beranjat , ku dorong dan ku giring mereka kepohon rindang di dekat kaki bukit. Memang ini tidak banyak membantu untuk menghindar dari air hujan, tapi ini setidaknya tidak membuat basah dan sedikit membuat tenang dari kilat yang menyambar. Huuh ternyata awan dan langit sedang mengerutu !, sama dengan ku. Aku berkerja keras untuk mendorong domba domba itu merapat ke bawah pohon. Ku gerakan tubuh ku dengan gesit. Hahh akhirnya semua domba telah berteduh di bawah pohon. Mereka diam dan tak ada yang bersuara sedikit pun. Se akan kaget dengan yang terjadi. Aku masih duduk meng hela nafas. Lega sekaligus lelah. Aku baru menyadari, semua domba menatap kea rah ku. Kenapa kalian ? mereka diam tak percaya bahwa aku dapat memperlakukan mereka dengan baik. Apakah ini engkau Auxt ?. aku juga baru menyadari bahwa aku bisa berlaku benar dan baik. Walau di keadaan yang buruk tetapi aku bisa bergerak baik. Apa yang menggerakan ku ?.

Jumat, 06 Januari 2012

Mengetuk isi perut

Pagi tak cerah lagi mendung
Pena ku tegak berdiri memandang sensasi
Tepi jalan tak melihat sengaja
Seorang bapa mencari sebutir nasi

Tahukah kamu ?
Mencari di tempat busuk lagi buruk
Kenapa ?
Hati berebut menendang isi kadut

Di kerumunan para kuda besi
Matanya tak menggambar gengsi
Karna perut minta di isi
Inilah manusia paksa kondisi

Berenang di atas tumpukan busuk
Menjilat di kumpulan lalat
Mecari harta teranggap busuk
Bertemu busuk teramat syukur

Hati ini bicara dengan nya
Apakah sebegitu laparnya engkau ?
Rasa miris mendaki sampai puncak
Angan membantu tangan terketuk